Jumat, 20 Juli 2012

Cidanau




Cidanau dengan luas 22.620 hektare merupakan daerah aliran sungai (DAS) yang memiliki andil penting dalam mendukung kontinuitas pembangunan di Provinsi Banten, khususnya di wilayah Serang Barat dan Kota Cilegon.  Selain memiliki sumber daya air yang sangat potensial, DAS Cidanau memiliki situs konservasi yang endemik, yaitu Rawa Danau – kawasan rawa seluas 2.500 hektare dan ditetapkan sebagai cagar alam oleh Pemerintah Kolonial Belanda pada 16 November 1921. Kemudian Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 1996 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, dan Perda Kabupaten Serang Nomor 2 Tahun 1994 tentang Pola Dasar Kabupaten Serang yang menetapkan Rawa Danau sebagai kawasan cagar alam. Dalam dua puluh tahun terakhir DAS Cidanau mengalami degradasi lingkungan yang tidak saja mengancam eksistensi cagar alam Rawa Danau, tetapi juga pada keberlanjutan ketersediaan dan kualitas air.
 
Gambaran umum DAS Cidanau
Cidanau dengan luas 22.620 hektare merupakan daerah aliran sungai (DAS) yang memiliki andil penting dalam mendukung kontinuitas pembangunan di Provinsi Banten, khususnya di wilayah Serang Barat dan Kota Cilegon, dengan potensi debit rata-rata 2.000 liter per detik. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cidanau merupakan salah satu DAS penting di wilayah Propinsi Banten, secara geografis DAS Cidanau terletak di antara 06º 07’ 30’’ – 06º 18’ 00’’ LS dan 105º 49’ 00’’ – 106º 04’ 00’’ BT. DAS Cidanau mencakup kawasan seluas 22.620 Ha (Sumber: RTL DAS Cidanau), yang mencakup wilayah Kabupaten Pandeglang seluas 999,29 Ha dan Kabupaten Serang seluas 21.620,71 Ha. Wilayah DAS Cidanau secara administratif terdiri dari 33 Desa pada 5 wilayah kecamatan di Kabupaten Serang dan 4 desa di kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang.
Tata guna lahan di DAS Cidanau, adalah sebagai berikut:
·         Hutan belukar : 1.539,00 Ha
·         Rawa : 1.935,80 Ha
·         Sawah : 6.786,30 Ha
·         Semak : 5.982,40 Ha
·         Kebun campuran : 3.471,10 Ha
·         Ladang : 1.925,50 Ha
·         Permukiman : 396,80 Ha

 
 
Potensi Air Tanah
Potensi Air Tanah Tinggi : Wilayah sebelah timur DAS Cidanau atau selatan-tenggara Cagar Alam Rawa Danau memiliki sistem akuifer dengan aliran air tanah melalui ruang antar butir dan rekahan. Litologi penyusunannya terdiri atas breksi dan tufa sehingga dapat bertindak sebagai akuifer yang baik
Potensi Air Tanah Sedang : Wilayah ini di sebelah selatan DAS Cidanau kecuali di puncak bukit Gunung Parakasak, Gunung Karang dan lereng bukit Gunung Aseupan. Di samping itu wilayah potensi air tanah sedang menempati sebagian kecil utara Barat laut Rawa Danau.
Potensi Air Tanah Rendah : Wilayah potensi air tanah rendah ini sebelah selatan menempati sekitar Gunung Parakasak dan Gunung Aseupan. Disebelah utara daerah Cagar Alam Rawa Danau dan arah kiri sungai Cidanau.
 
Iklim
Variasi keragaman suhu, keadaan air permukaan dan besaran curah hujan di DAS Cidanau termasuk tipe iklim A (Schmidt dan Fergusson, 1951). Bulan basah mulai September sampai dengan bulan Juni, sedangkan bulan kering hanya pada bulan Juli dan Agustus. Kelembaban nisbi DAS Cidanau antara 77,60 % - 85,00 % dimana kelembaban terendah terjadi pada bula Oktober, sedangkan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Maret.
 
Geologi
Jenis tanah yang ada di DAS Cidanau mencerminkan batuan dasar yang dikandung oleh DAS Cidanau tersebut. Adapun jenis tanah yang dijumpai di DAS Cidanau terdiri dari beberapa jenis yaitu :
• Tanah alluvial
• Jenis Tanah Regosol
• Jenis Tanah Latosol, dan
• Jenis Tanah Glei
Di sebelah selatan, batuan penutupnya berupa breksi yang kurang padu sehingga merupakan daerah imbuhan air tanah yang baik, sedangkan di sebelah utara, barat dan timur tersusun oleh batuan lava dan breksi padu sehingga sulit untuk meluluskan air. Dataran Rawa Danau umumnya tersusun oleh pasir yang merupakan hancuran batu gunung api disekitarnya sehingga pada umumnya daerah tersebut mempunyai air tanah jelek.
Morfologi didominasi oleh Satuan Dataran Danau yang merupakan bentukan kaldera Cidanau yang diakibatkan oleh depresi volcano-tektonik. Morfologi ini memisahkan bagian utara dan selatan daerah penelitian yang terdiri dari kubah-kubah lava. Geologinya didominasi oleh batuan hasil dari kegiatan gunungapi berumur Plio-Kuarter. Batuan-batuan volkanik ini menindih secara tidak selaras batuan sedimen dan volkanik berumur Tersier. Strktur geologi di daerarah penelitian didominasi oleh sesar berarah barat laut – tenggara dan barat-timur. Sesar-sesar ini juga mengontrol kemunculan beberapa air panas didaerah penelitian.
 
Geomorfologi
DAS Cidanauterbentang pada ketinggian antara 100-500 m dpl denganketinggian lereng antara 40-100%. Daerah di sebelah selatan ataupun utara CagarAlam Rawa Danau umumnya mempunyai topografi yang terjal dengan ketinggian 600 m dpl pada sebelah selatan dan 200 m dpl di sebelah utara.
Pembagian morfologi daerah penelitian didominasi oleh Satuan Dataran Danau yang merupakan bentukan kaldera Cidanau yang diakibatkan oleh depresi volkano-tektonik. Kaldera ini berukuran 12 km x 5 km dan berarah timur laut - barat daya. Morfologi ini berada pada ketinggian 90 hingga 100 m. Hutan rawa yang mendominasi dataran ini dahulu kini hanya dapat ditemukan di beberapa titik (Gambar 6). Sebagian besar dataran ini telah dimanfaatkan oleh penduduk, sehingga daerah rawa-rawa kini telah diganti oleh petak-petak sawah. Satuan geomorfologi ini menunjukkan, bahwa daerah ini telah mengalami tingkat erosi yang tinggi dan dapat dikatakan telah memasuki jenjang dewasa.
 
Sosial-ekonomi
Kandungan air yang masih bersih dan alami, infrastruktur memadai serta dekat dengan pasar Jabodetabek, menjadi daya tarik tersendiri DAS Cidanau bagi industri air minum dalam kemasan. DAS Cidanau tidak bisa dilepaskan dari cagar alam Rawa Danau, Kabupaten Serang. Selain manjadi salah satu andalan wisata, cagar alam ini juga menjadi daerah serapan air. Keberadaannya yang ralatif jauh dan lebih tinggi dari kawasan industri menjadikan kandungan air di kawasan ini relatif bebas dari pencemaran.
Sektor industri merupakan salah satu sektor yang memiliki ketergantungan tinggi terhadap ekosistem DAS Cidanau karena berkaitan dengan sumberdaya air untuk menghidupi kegiatan industri. Bila terjadi degradasi dan kerusakan ekosistem DAS akan memberikan dampak langsung terhadap keberlanjutan produksi dari berbagai industri yang berkembang di daerah Cilegon beserta dampak social ekonomi yang mengikuti dan menyertainya. Karena itu, upaya konservasi DAS Cidanau di Provinsi Banten merupakan langkah prioritas untuk menyelamatkan berbagai sector yang berkepentingan terhadap kesehatan DAS Cidanau. Karena itu keberlanjutan DAS Cidanau sangat ditentukan oleh berfungsinya faktor pendukung yang meliputi faktor internal berupa organisasi masyarakat (kelompok tani), jaringan dan sarana prasarana irigasi, produksi pangan, ekosistem lahan sawah beririgasi, ritual sosio-religius yang berkaitan dengan budidaya pertanian dan faktor eksternal yaitu kondisi kesehatan DAS mulai dari hulu sampai hilir. Faktor eksternal berupa ekosistem DAS memiliki peran yang cukup signifikan dalam pengelolaan dan keberlanjutan DAS, sedangkan faktor internal lebih banyak sebagai komponen pendukung untuk mengelola dan memanfaatkan jasa lingkungan yang sudah ada.
 
Pengelolaan DAS Cidanau
Selama ini pengelolaan DAS Cidanau dilakukan secara parsial dan individual baik dalam perencanaan maupun tataran implementasinya. Kemudian sejak Banten dijadikan provinsi pemerintah mulai membuka mata terhadap nilai-nilai strategis yang dimiliki DAS Cidanau, setelah muncul konflik kepentingan antara daerah wilayah tangkapan dengan daerah wilayah pemanfaat. Pengelolaan yang maksimal terhadap DAS Cidanau dianggap penting oleh Pemerintah Provinsi Banten untuk meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD). Untuk mendukung cita-cita ini, Pemprov Banten menilai pengelolaan DAS Cidanau akan berhasil kalau dilakukan secara terintegrasi dengan mengacu pada konsep one river basin, one plan and one management.
Singkatnya pengelolaan DAS Cidanau didasarkan pada prinsip satu kesatuan ekosistem, prinsip ekonomi, dan prinsip balans antara ekonomi dan ekologi. Selain itu strategi pegelolaan kawasan konservasi ini antara lain, mengamankan perairan DAS Cidanau termasuk keanekaragaman hayati yang terkandung di dalamnya, memantau ekosistem DAS Cidanau yang meliputi kondisi dan dinamika fisik, kimia, bilogi perairan dan pemanfaatan potensinya bagi masyarakat, serta memanfaatkan ekosistem DAS Cidanau secara lestari dan seimbang bagi kepentingan masyarakat. Atas dasar pertimbangan di atas, stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan dan pemanfaatan DAS Cidanau merancang dan menerapkan program konservasi terpadu.
 
Permasalahan utama di DAS Cidanau, antara lain:
Tingkat erosi yang mencapai 71.034,40 ton/tahun dan nilai sedimentasi yang mencapai 75,68 cm/tahun; Penebangan pohon di kawasan Perhutani (illegal loging) dan di kawasan hutan rakyat di upstream mempengaruhi eksistensi Cagar Alam Rawa Danau yang juga berfungsi sebagai reservoir Sungai Cidanau; Ketersediaan air menunjukkan kecenderungan terus menurun, karena fluktuasi debit minimal dan maksimal sebesar 15 s.d 32 kali; Tumbuh suburnya gulma akibat penggunaan pupuk kimia oleh masyarakat di sekitar kawasan Cagar Alam Rawa Danau; Perambahan kawasan Cagar alam Rawa Danau, seluas ± 849 Ha oleh 1.140 kepala keluarga untuk lahan budidaya; Tingkat kejenuhan lahan yang mengakibatkan menurunnya infiltrasi dan meningkatnya run off. Sementara Sungai Cidanau yang berhulu di kawasan Cagar Alam Rawa Danau, merupakan sungai utama DAS Cidanau dan menjadi aliran air serta reservoir sungai – sungai dari kawasan 10 (sepuluh) sub DAS Cidanau. Memiliki debit rata – rata untuk 5 (lima) tahun terakhir antara 8.000 – 10.000 liter/detik, merupakan sumber  air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat dan industri di Kota Cilegon dengan jumlah ± 120 perusahaan dengan total investasi mencapai US $ 1,936,643,291 (Sumber : Dinas Perdagangan dan Industri Kota Cilegon, 2003), yang diproyeksikan akan mencapai 1.690 liter/detik pada tahun 2006. Akan tetapi akibat berbagai permasalahan yang terjadi di DAS Cidanau, kuantitas dan kualitas air dari Sungai Cidanau terus mengalami penurunan secara kuantitas maupun kualitas, bahkan pada tahun 1997 debit rata – rata Sungai Cidanau hanya sebesar 1.700 liter per detik.
Disamping sumber daya air, didalam kawasan DAS Cidanau terdapat kawasan Cagar Alam Rawa Danau, yang penetapannya didasarkan pada Surat Keputusan Gubernur Jenderal Belanda, Governement Bisluit (GB) Nomor 60 Staatblad 683, tanggal 16 November 1921 dengan luas 2.500 Ha. Suatu kawasan yang memiliki potensi keanekaragaman hayati endemis terutama untuk ekosistem rawa, karena Rawa Danau merupakan kawasan rawa pegunungan satu – satunya yang masih tersisa di Pulau Jawa.

0 komentar:

Posting Komentar

About me

Maaf Ya, Di Blog Ini Tidak Di Ijinkan Untuk Klik Kanan

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.
 
Minima 4 coloum Blogger Template by Serdadu Banten.
Simplicity Edited by Serdadu Banten's Template