Minggu, 08 Juli 2012

Nenek


Shin, Nenek hari ini nyampe” Om Hary tiba-tiba menghampiriku.
“Jam ?? “ tanyaku kembali.
“Satu jam lagi paling nyampe, lagi dijalan sama Pak Asep” jawab Om Hary ringan.
Satu jam lagi, refleks aku langsung lari ke kamar, mengecek semua kondisi kamar,selimut, seprai, baju, buku dan alat sholat nenek sudah rapi, puih sempurna,gumamku. Tapi,tidak
Aku lupa pohon cabe, pohon tomat dan pohon pepaya yang dititipkan ke aku sebulan lalu, bagaimana kondisinya ??? sebulan ini waktu dirumahku hanya malam hari, kegiatan kampus begitu padat. Cepat-cepat aku lari ke halaman belakang, dan . hua.. tak satupun pohon cabe dan tomat itu yang hidup !!, tenang, masih ada pohon papaya di samping rumah, gumamku menghibur diri. Kuputar haluan ke halaman samping, dan, tidak pohon papaya itu PATAH !!!
Siapa yang harus kujadikan tumbal, apa yang harus kukatakan pada nenek ??
Om Hary tertawa menang melihat kepanikanku. Maklum, dua bulan yang lalu, saat kedatangan nenek, om Hary kena semprot nenek habis-habisan gara-gara membiarkan Mang Dede memangkas habis tanaman nenek yang dianggap mengganggu taman rumah.
Yup.. sepertinya yang paling siap menyambut nenek kali ini adalah om Hary !!, selain aku, tante Nia tak kalah sibuk membersihkan dapur dan memberikan pelatihan singkat kepada khadimah yang baru.
**
Aduh, koq tiba-tiba banyak nyamuk, seingatku sore ini aku tidak lupa menyemprotkan pembasmi nyamuk di kamarku. Kutarik selimutku menutupi seluruh tubuh dan kepalaku, tapi tetap saja nyamuk nakal menggangu tidurku. Aduh . khan
masih malam, aku ngantuk nih, nyamuk koq bisa masuk sih ???? Kulirik jam dikamar pukul 3 tepat dan, hm.. pantas !! jendela kamarku terbuka lebar, ulah siapa ini ??? NENEK !!!
Dari pada tidur tak nyenyak dan jadi menu sahurnya para nyamuk, lebih baik kuturuti kemauan nenek, kekamar mandi, wudhu dan sholat tahajjud berjamaah dengannya.
Unik bukan, itulah nenek. Pernah kujelaskan klo aku masih ngantuk karena baru tidur jam 2 malam.
“Kenapa kamu tidur malam-malam ?” Tanya nenek.
“Shinta harus baca buku kuliah, besok ada ujian Nek “ jawabku sejujurnya sambil memperlihatkan buku kuliahku.
“Kamu ini, disekolahkan bukannya tambah pinter, malah tambah bodoh !! “ha ?? aku tak mengerti maksud ucapan nenek. Aku, tambah bodoh ??
“Dari siang kemaren nenek liat kamu udah baca buku itu, ba\rquote da magrib kamu juga masih baca buku itu dan gara-gara buku itu kamu gak bisa tahajjut. Buku enggak guna kayak gitu kamu rela membacanya sehari penuh, sementara buat baca Qur\rquote an kamu cuma tahan 15 menit” deq, aku tersentak mendengar ucapan nenek.
**
Capek !! hari ini aku seharian di kampus, sepertinya habis makan malam aku mau istirahat sejenak. Panggilan makan malam dari tante nia sudah terdengar. Hm.. menu kali ini beda dari biasanya, setidaknya beda dengan bulan yang lalu.
“Singkong dan kacang panjang yang Nenek tanam di tanah Pak Haji udah pada gede-gede dan subur-subur “ ujar nenek sambil mulai mengisi piring makannya dengan makanan. Aduh.. jangan ungkit-ungkit tanaman lagi donk, doaku cepat.
“Pak haji juga dikasih daun singkong dan kacang panjang Nek ?” tanyaku sambil mengambil sayur daun singkong dan kacang panjang yang ada, entahlah aku tak tau apa nama masakan ini, tapi enak loh, khas masakan nenek.
“Pak haji udah berapa kali panen, nungguin kalian kesana enggak kesana-sana katanya “ jawab nenek.
“Beli ayam dimana Mak ??” kali ini tante Nia yang bersuara.
“Enggak beli, ini ayam yang di kulkas koq “ jawab nenek.
Seketika raut muka tante Nia berubah, ada apa gerangan ??

“Masakan nenek enak yah” kata tante yang duduk di sampingku.
“Iya, emangnya kenapa Tante ??” tanyaku
“Kamu tau enggak ayam yang dimasak itu dari mana ?? “ Tante Nia balik bertanya.
Kugelengkan kepalaku, sambil menunggu jawaban darinya
“Itu khan ayam goreng kecap yang dikasih sama bu Nurdin waktu itu, yang udah dijadiin ayam goreng sama nenek 4 hari yang lalu dan malam ini ayam itu berubah nama lagi” jawab tante Nia sambil senyum.

Hahahaha.. ingin rasanya aku tertawa lepas. Kalau Om Hary tau lauk yang dia makan itu udah enggak ada gizi sama sekali, bisa-bisa ..
Pernah aku bilang sama nenek klo makan itu bukan asal kenyang dan enak tapi juga harus tetap diliat gizinya dan lagi kasian ikan dan ayamnya mati berapa kali \endash dimasak berulang-ulang, jawaban nenek gampang, sombong kalian !!!
**
“Mak ini enggak malu Mak ?? “ Tanya mang dede suatu hari ketika menemani nenek menata taman rumah.
“Anak Mak lurah, mantu Mak dokter, gak pantes Mak tu kerja kayak gini “ lanjut mang Dede sambil terus mencabuti rumput liar yang ada.
“Apa hubungannya saya sama pekerjaan anak saya, anak saya banyak, malah ada yang jadi camat, kenapa saya harus malu kerja kayak gini, emangnya saya mencuri ?” jawab nenek tinggi.
“Bukan begitu Mak, ini kan pekerjaan kasar, kan ada saya yang bisa mak suruh-suruh, kalau teman bapak dan ibu liat Mak lagi kayak gini khan enggak enak” mang Dede memberi penjelasan sambil meneruskan pekerjaannya.
“Eh itu bibit bengkoang, jangan dicabut” nenek tiba-tiba berteriak kearah mang Dede.
“Kamu ini, tadi laos dan jahe udah mau kamu cabut dan kamu buang semua, kamu tau enggak klo itu berguna, kalo enggak ada kan harus beli.” ujar nenek kesal
“Kalau semuanya diserahkan ke kamu bisa-bisa semua tanamanku habis kamu cabutin” lanjut nenek.
Mang dede langsung diam, sepertinya hari ini hari terapes baginya.
“Dede, nanti laos dan jahe ini kamu kasih ke Pak haji, Bu Nurdin dan tukang sayur yang biasa lewat yah, jangan dibuang loh” perintah nenek sambil masuk kerumah.
**
Nenek uring-uringan, seharian dia ada di kamar membaca Qur\rquote an. Mbak Yanti bilang dari pagi nenek banyak di kamar, enggak banyak cerita seperti biasanya, makannya aja sedikit. Duh.. ada apa dengan nenek, hm.. seminggu ini aku, om Hary dan tante Nia sepertinya emang melupakan nenek, sibuk dengan dunia masing-masing, makan malampun jarang dirumah. Wah.. nenek ngambek !!!
Selesai sholat subuh, sengaja ku ajak nenek jalan pagi keliling kompleks rumah. Itung-itung menghibur nenek, untung nenek enggak nolak. Sepanjang jalan nenek menanyakan kuliahku, aku pun menceritakan aktivitas ku, mulai dari kuliah yang susah, dosen yang menyebalkan, temen kuliah yang asik, tugas yang banyak, kuceritakan secara detail. Memang nenek tidak banyak mengerti ceritaku, tapi setiap aku bercerita ada binar bahagia dimatanya, merasa dihargai dan diperlukan oleh orang-orang sekitarnya.
Sehabis aku bercerita biasanya nenek akan bercerita tentang masa lalunya, zaman penjajahan, zaman hidup lagi susah-susahnya, dan yang paling aku suka biasanya nenek bercerita kisah nabi, lumayan enggak perlu baca shirah nabawi lagi.
Aku dan nenek duduk di sebrang jalan di depan rumah.
“Liat Nek, rumah-rumah yang ada di kompleks ini begitu rapi dan sama tamannya” ujarku kepada nenek sambil menunjuk beberapa buah rumah di dekat kami.
“Rumah kita sendiri yang beda, masak didepannya ada pohon pepaya, ada kacang panjang yang merambat ke pohon pinang merah dan daun sirih yang merambat di pagar trus di luar pagar ada laos, kunyit dan jahe “ ujarku lanjut.
Hening, nenek diam, pasti nenek akan merasa dia tidak berguna, apa yang dilakukannya lagi-lagi salah. Aku merasa bersalah.
“Rumah disini semua mirip, susah mencari bedanya “ ujar nenek memecah keheningan pagi hari.
“Kalau enggak ada tanaman laos, jahe dan kunyit didepan rumah, mana nenek tau ini rumah kita “ kata nenek sambil beranjak dari duduk meneruskan jalan pagi.
Nenek, maafkan aku yah .
**
Nenek, dibalik kekolotanmu ada suatu idealisme mulia yang ingin kau pertahankan dan kau berikan kepada kami. Maafkan kami nek, tak jarang salah menilai mu, mungkin ini lah generation gap, pergeseran nilai-nilai yang ada membuat kita susah untuk memiliki pandangan yang sama. Tak ada yang bisa ku ucapkan selain terima kasih, terima kasih atas kecerewetan mu selama ini, kecerewetan mu turut menjaga diri ku, terima kasih telah menjadi ibu bagi ibuku, dari dirimulah lahir seorang ibu yang begitu sempurna di mataku. Terima kasih Nek !!

0 komentar:

Posting Komentar

About me

Maaf Ya, Di Blog Ini Tidak Di Ijinkan Untuk Klik Kanan

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.
 
Minima 4 coloum Blogger Template by Serdadu Banten.
Simplicity Edited by Serdadu Banten's Template