Cidanau
dengan luas 22.620 hektare merupakan daerah aliran sungai (DAS) yang
memiliki andil penting dalam mendukung kontinuitas pembangunan di
Provinsi Banten, khususnya di wilayah Serang Barat dan Kota Cilegon.
Selain memiliki sumber daya air yang sangat potensial, DAS Cidanau
memiliki situs konservasi yang endemik, yaitu Rawa Danau – kawasan rawa
seluas 2.500 hektare dan ditetapkan sebagai cagar alam oleh Pemerintah
Kolonial Belanda pada 16 November 1921. Kemudian Keputusan Presiden
(Keppres) Nomor 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung,
Peraturan Daerah (Perda) Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 1996 tentang
Pengelolaan Kawasan Lindung, dan Perda Kabupaten Serang Nomor 2 Tahun
1994 tentang Pola Dasar Kabupaten Serang yang menetapkan Rawa Danau
sebagai kawasan cagar alam. Dalam dua puluh tahun terakhir DAS Cidanau
mengalami degradasi lingkungan yang tidak saja mengancam eksistensi
cagar alam Rawa Danau, tetapi juga pada keberlanjutan ketersediaan dan
kualitas air.
Gambaran umum DAS Cidanau
Cidanau
dengan luas 22.620 hektare merupakan daerah aliran sungai (DAS) yang
memiliki andil penting dalam mendukung kontinuitas pembangunan di
Provinsi Banten, khususnya di wilayah Serang Barat dan Kota Cilegon,
dengan potensi debit rata-rata 2.000 liter per detik. Daerah
Aliran Sungai (DAS) Cidanau merupakan salah satu DAS penting di wilayah
Propinsi Banten, secara geografis DAS Cidanau terletak di antara 06º
07’ 30’’ – 06º 18’ 00’’ LS dan 105º 49’ 00’’ – 106º 04’ 00’’ BT. DAS
Cidanau mencakup kawasan seluas 22.620 Ha (Sumber: RTL DAS Cidanau),
yang mencakup wilayah Kabupaten Pandeglang seluas 999,29 Ha dan
Kabupaten Serang seluas 21.620,71 Ha. Wilayah DAS Cidanau secara
administratif terdiri dari 33 Desa pada 5 wilayah kecamatan di Kabupaten
Serang dan 4 desa di kecamatan Mandalawangi Kabupaten Pandeglang.
Tata guna lahan di DAS Cidanau, adalah sebagai berikut:
· Hutan belukar : 1.539,00 Ha
· Rawa : 1.935,80 Ha
· Sawah : 6.786,30 Ha
· Semak : 5.982,40 Ha
· Kebun campuran : 3.471,10 Ha
· Ladang : 1.925,50 Ha
· Permukiman : 396,80 Ha
Potensi Air Tanah
Potensi Air Tanah Tinggi : Wilayah
sebelah timur DAS Cidanau atau selatan-tenggara Cagar Alam Rawa Danau
memiliki sistem akuifer dengan aliran air tanah melalui ruang antar
butir dan rekahan. Litologi penyusunannya terdiri atas breksi dan tufa
sehingga dapat bertindak sebagai akuifer yang baik
Potensi Air Tanah Sedang : Wilayah
ini di sebelah selatan DAS Cidanau kecuali di puncak bukit Gunung
Parakasak, Gunung Karang dan lereng bukit Gunung Aseupan. Di samping itu
wilayah potensi air tanah sedang menempati sebagian kecil utara Barat
laut Rawa Danau.
Potensi Air Tanah Rendah : Wilayah potensi air tanah rendah ini sebelah selatan menempati sekitar Gunung Parakasak dan Gunung Aseupan. Disebelah utara daerah Cagar Alam Rawa Danau dan arah kiri sungai Cidanau.
Iklim
Variasi
keragaman suhu, keadaan air permukaan dan besaran curah hujan di DAS
Cidanau termasuk tipe iklim A (Schmidt dan Fergusson, 1951). Bulan basah
mulai September sampai dengan bulan Juni, sedangkan bulan kering hanya
pada bulan Juli dan Agustus. Kelembaban nisbi DAS Cidanau antara 77,60 %
- 85,00 % dimana kelembaban terendah terjadi pada bula Oktober,
sedangkan kelembaban tertinggi terjadi pada bulan Maret.
Geologi
Jenis
tanah yang ada di DAS Cidanau mencerminkan batuan dasar yang dikandung
oleh DAS Cidanau tersebut. Adapun jenis tanah yang dijumpai di DAS
Cidanau terdiri dari beberapa jenis yaitu :
• Tanah alluvial
• Jenis Tanah Regosol
• Jenis Tanah Latosol, dan
• Jenis Tanah Glei
Di
sebelah selatan, batuan penutupnya berupa breksi yang kurang padu
sehingga merupakan daerah imbuhan air tanah yang baik, sedangkan di
sebelah utara, barat dan timur tersusun oleh batuan lava dan breksi padu
sehingga sulit untuk meluluskan air. Dataran Rawa Danau umumnya
tersusun oleh pasir yang merupakan hancuran batu gunung api disekitarnya
sehingga pada umumnya daerah tersebut mempunyai air tanah jelek.
Morfologi
didominasi oleh Satuan Dataran Danau yang merupakan bentukan kaldera
Cidanau yang diakibatkan oleh depresi volcano-tektonik. Morfologi ini
memisahkan bagian utara dan selatan daerah penelitian yang terdiri dari
kubah-kubah lava. Geologinya didominasi oleh batuan hasil dari kegiatan
gunungapi berumur Plio-Kuarter. Batuan-batuan volkanik ini menindih
secara tidak selaras batuan sedimen dan volkanik berumur Tersier.
Strktur geologi di daerarah penelitian didominasi oleh sesar berarah
barat laut – tenggara dan barat-timur. Sesar-sesar ini juga mengontrol
kemunculan beberapa air panas didaerah penelitian.
Geomorfologi
DAS Cidanauterbentang pada ketinggian antara 100-500 m dpl denganketinggian lereng antara 40-100%. Daerah
di sebelah selatan ataupun utara CagarAlam Rawa Danau umumnya mempunyai
topografi yang terjal dengan ketinggian 600 m dpl pada sebelah selatan
dan 200 m dpl di sebelah utara.
Pembagian
morfologi daerah penelitian didominasi oleh Satuan Dataran Danau yang
merupakan bentukan kaldera Cidanau yang diakibatkan oleh depresi
volkano-tektonik. Kaldera
ini berukuran 12 km x 5 km dan berarah timur laut - barat daya.
Morfologi ini berada pada ketinggian 90 hingga 100 m. Hutan rawa yang
mendominasi dataran ini dahulu kini hanya dapat ditemukan di beberapa
titik (Gambar 6). Sebagian besar dataran ini telah dimanfaatkan oleh
penduduk, sehingga daerah rawa-rawa kini telah diganti oleh petak-petak
sawah. Satuan geomorfologi ini menunjukkan, bahwa daerah ini telah
mengalami tingkat erosi yang tinggi dan dapat dikatakan telah memasuki
jenjang dewasa.
Sosial-ekonomi
Kandungan
air yang masih bersih dan alami, infrastruktur memadai serta dekat
dengan pasar Jabodetabek, menjadi daya tarik tersendiri DAS Cidanau bagi
industri air minum dalam kemasan. DAS
Cidanau tidak bisa dilepaskan dari cagar alam Rawa Danau, Kabupaten
Serang. Selain manjadi salah satu andalan wisata, cagar alam ini juga
menjadi daerah serapan air. Keberadaannya yang ralatif jauh dan lebih
tinggi dari kawasan industri menjadikan kandungan air di kawasan ini
relatif bebas dari pencemaran.
Sektor
industri merupakan salah satu sektor yang memiliki ketergantungan
tinggi terhadap ekosistem DAS Cidanau karena berkaitan dengan sumberdaya
air untuk menghidupi kegiatan industri. Bila terjadi degradasi dan
kerusakan ekosistem DAS akan memberikan dampak langsung terhadap
keberlanjutan produksi dari berbagai industri yang berkembang di daerah
Cilegon beserta dampak social ekonomi yang mengikuti dan menyertainya.
Karena itu, upaya konservasi DAS Cidanau di Provinsi Banten merupakan
langkah prioritas untuk menyelamatkan berbagai sector yang
berkepentingan terhadap kesehatan DAS Cidanau. Karena itu keberlanjutan
DAS Cidanau sangat ditentukan oleh berfungsinya faktor pendukung yang
meliputi faktor internal berupa organisasi masyarakat (kelompok tani),
jaringan dan sarana prasarana irigasi, produksi pangan, ekosistem lahan
sawah beririgasi, ritual sosio-religius yang berkaitan dengan budidaya
pertanian dan faktor eksternal yaitu kondisi kesehatan DAS mulai dari
hulu sampai hilir. Faktor eksternal berupa ekosistem DAS memiliki peran
yang cukup signifikan dalam pengelolaan dan keberlanjutan DAS, sedangkan
faktor internal lebih banyak sebagai komponen pendukung untuk mengelola
dan memanfaatkan jasa lingkungan yang sudah ada.
Pengelolaan DAS Cidanau
Selama
ini pengelolaan DAS Cidanau dilakukan secara parsial dan individual
baik dalam perencanaan maupun tataran implementasinya. Kemudian sejak
Banten dijadikan provinsi pemerintah mulai membuka mata terhadap
nilai-nilai strategis yang dimiliki DAS Cidanau, setelah muncul konflik
kepentingan antara daerah wilayah tangkapan dengan daerah wilayah
pemanfaat. Pengelolaan yang maksimal terhadap DAS Cidanau dianggap
penting oleh Pemerintah Provinsi Banten untuk meningkatkan Pendapatan
Asli Daerah (PAD). Untuk mendukung cita-cita ini, Pemprov Banten menilai
pengelolaan DAS Cidanau akan berhasil kalau dilakukan secara
terintegrasi dengan mengacu pada konsep one river basin, one plan and
one management.
Singkatnya
pengelolaan DAS Cidanau didasarkan pada prinsip satu kesatuan
ekosistem, prinsip ekonomi, dan prinsip balans antara ekonomi dan
ekologi. Selain itu strategi pegelolaan kawasan konservasi ini antara
lain, mengamankan perairan DAS Cidanau termasuk keanekaragaman hayati
yang terkandung di dalamnya, memantau ekosistem DAS Cidanau yang
meliputi kondisi dan dinamika fisik, kimia, bilogi perairan dan
pemanfaatan potensinya bagi masyarakat, serta memanfaatkan ekosistem DAS
Cidanau secara lestari dan seimbang bagi kepentingan masyarakat. Atas
dasar pertimbangan di atas, stakeholder yang terlibat dalam pengelolaan
dan pemanfaatan DAS Cidanau merancang dan menerapkan program konservasi
terpadu.
Permasalahan utama di DAS Cidanau, antara lain:
Tingkat
erosi yang mencapai 71.034,40 ton/tahun dan nilai sedimentasi yang
mencapai 75,68 cm/tahun; Penebangan pohon di kawasan Perhutani (illegal
loging) dan di kawasan hutan rakyat di upstream mempengaruhi eksistensi
Cagar Alam Rawa Danau yang juga berfungsi sebagai reservoir Sungai
Cidanau; Ketersediaan air menunjukkan kecenderungan terus menurun,
karena fluktuasi debit minimal dan maksimal sebesar 15 s.d 32 kali;
Tumbuh suburnya gulma akibat penggunaan pupuk kimia oleh masyarakat di
sekitar kawasan Cagar Alam Rawa Danau; Perambahan kawasan Cagar alam
Rawa Danau, seluas ± 849 Ha oleh 1.140 kepala keluarga untuk lahan
budidaya; Tingkat kejenuhan lahan yang mengakibatkan menurunnya
infiltrasi dan meningkatnya run off. Sementara Sungai Cidanau yang
berhulu di kawasan Cagar Alam Rawa Danau, merupakan sungai utama DAS
Cidanau dan menjadi aliran air serta reservoir sungai – sungai dari
kawasan 10 (sepuluh) sub DAS Cidanau. Memiliki debit rata – rata untuk 5
(lima) tahun terakhir antara 8.000 – 10.000 liter/detik, merupakan
sumber air baku untuk memenuhi kebutuhan air bersih masyarakat dan
industri di Kota Cilegon dengan jumlah ± 120 perusahaan dengan total
investasi mencapai US $ 1,936,643,291 (Sumber : Dinas Perdagangan dan
Industri Kota Cilegon, 2003), yang diproyeksikan akan mencapai 1.690
liter/detik pada tahun 2006. Akan tetapi akibat berbagai permasalahan
yang terjadi di DAS Cidanau, kuantitas dan kualitas air dari Sungai
Cidanau terus mengalami penurunan secara kuantitas maupun kualitas,
bahkan pada tahun 1997 debit rata – rata Sungai Cidanau hanya sebesar
1.700 liter per detik.
Disamping
sumber daya air, didalam kawasan DAS Cidanau terdapat kawasan Cagar
Alam Rawa Danau, yang penetapannya didasarkan pada Surat Keputusan
Gubernur Jenderal Belanda, Governement Bisluit (GB) Nomor 60 Staatblad
683, tanggal 16 November 1921 dengan luas 2.500 Ha. Suatu kawasan yang
memiliki potensi keanekaragaman hayati endemis terutama untuk ekosistem
rawa, karena Rawa Danau merupakan kawasan rawa pegunungan satu – satunya
yang masih tersisa di Pulau Jawa.
0 komentar:
Posting Komentar